Bersyukur atas apa yang dimiliki adalah salah satu cara manusia untuk menggapai kebahagiaan. Sebab tanpa bersyukur, betapapun besarnya nikmat yang didapat, niscaya akan tetap merasa kurang.
Demikian diungkapkan Ketua PC LDNU Jember, KH Badrus Shadiq saat memberikan tausiyah dalam Peringatan Isra’ Mi’raj di Pesantren Fathul Ulum, Dusun Karangtengah Selatan, Desa Pace, Kecamatan Silo, Jember, Jawa Timur, Rabu (4/4/18).
Menurut Kiai Badrus sapaan akrabnya, pada dasarnya manusia selalu merasa kurang terhadap apa yang diperolehnya. Oleh karena itu, untuk memicu timbulnya perasaan bersyukur kepada Allah adalah dengan cara memandang ke bawah, bukan melihat ke atas, yakni membanding-bandingkan dengan nikmat yang lebih kecil milik orang lain.
“Selain itu, kita juga harus yakin dengan janji Allah bahwa Allah akan menambah rezeki yang kita dapat jika pandai bersyukur,” ucapnya.
Dikatakan, Nabi Muhammad SAW sudah tak kurang apa, walaupun beliau bukan orang kaya, tapi semua keinginannya dipenuhi oleh Allah. Bahkan beliau sudah dijamin masuk syurga. Tapi Nabi Muhammad SAW masih rajin ibadah bahkan sampai kakinya bengkak.
“Itu karena Nabi Muhammad ingin selalu bersyukur kepada Allah,” jelasnya.
Ia menambahkan, kebahagiaan dan kesusahaan sesugguhnya adalah persepsi atau anggapan, orang yang kaya dianggap hidupnya bahagia. Sebaliknya, orang miskin dikira hidupnya susah. Padahal belum tentu demikian. Sebab, setiap orang apakah dia kaya atau miskin pasti punya persoalan juga yang bisa jadi hanya dia yang tahu.
“Banyak (harta) belum tentu cukup sedikit belum tentu kurang, tergantung pada persoalan yang dimilliki manusia,” lanjutnya.