Banten Jadi Tuan Rumah Gelaran Mudzakarah Pendekar Internasional Pertama

Banten Jadi Tuan Rumah Gelaran Mudzakarah Pendekar Internasional Pertama

Mudzakarah Pendekar Internasional diharapkan bisa menjadi lokomotif utama untuk mengangkat seni beladiri pencak silat di kancah nasional maupun internasional.
Banten – Di era modern dan perkembangan teknologi yang semakin mutakhir dewasa ini, seni beladiri pencak silat perlahan mulai ditinggalkan dan kurang diperhatikan khususnya oleh para generasi muda. Padahal Pencak Silat bukan hanya sekedar sebagai seni budaya, melainkan juga sudah merupakan jatidiri bangsa Indonesia yang diwariskan secara turun temurun selama berabad-abad.
Hal inilah yang menginisiasi sejumlah tokoh masyarakat dan para pendekar dari berbagai padepokan pencak silat dalam dan luar negeri untuk menggelar Mudzakarah Pendekar Internasional pertama kalinya di Kawasan Wisata Halal Baduy Outbond, Serang-Banten pada Jumat (04/05).
Mudzakarah Pendekar Internasional dihadiri oleh para pimpinan padepokan seperti Ketua Padepokan Pencak Silat Gunung Karang (PPGK) sekaligus ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI )Banten Ajat Sudrajat, Ketua Pembina PPGK M. Hasan Gaido, Ketua Padepokan Panglipur Garut Cecep Arif Rahman, Ketua Padepokan Maung Bodas Sukabumi sekaligus Pimpinan Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath KH. Fajar Laksana,serta insan pencak silat Internasional dari Swis, Republik Ceko, Belanda, Amerika dan Prancis. Turut hadir pula Kepala Dinas Pariwisata Banten Eneng Nurcahyati, Maestro Pelukis Dua Alam Toink Alam serta ratusan pendekar pencak silat dari seluruh Indonesia.Gelaran Mudzakarah Pendekar Internasional ini dihelat atas dasar kekhawatiran para tokoh masyarakat, budayawan dan para pendekar insan seni bela diri pencak silat terhadap budaya beladiri pencak silat yang semakin tak diperhatikan dan kurang dibanggakan oleh masyarakat Indonesia.
Ketua Padepokan Maung Bodas Sukabumi sekaligus Pimpinan Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath KH. Fajar Laksana mengatakan bahwa Mudzakarah Pendekar Internasional merupakan media pertemuan para insan pegiat dan pecinta seni bela diri pencak silat untuk menyatukan visi dalam melestarikan seni bela diri pencak silat dan terus mengangkatnya ke kancah internasional.
“Suatu negara tidak akan dipandang sebagai negara oleh negara lain bila negara tersebut sudah tidak memiliki jatidiri sebagai bangsa yang berdaulat. Menghilangkan jati diri berarti menghilangkan negara itu sendiri, karenanya merawat dan melindungi pencak silat sebagai jati diri dan identitas bangsa menjadi kewajiban serta tanggungjawab bersama itulah mengapa Mudzakarah Pendekar Internasional ini dilaksanakan,” kata Fajar saat deklarasi Mudzakarah Pendekar Internasional di Kawasan Wisata Halal Baduy Outbond, Sabtu (05/05).
Sementara itu Ketua Padepokan Pencak Silat Gunung Karangsekaligus ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI )Banten Ajat Sudrajat merasa heran dengan penurunan kepedulian masyarakat pada seni beladiri pencak silat bahkan banyak dari mereka yang mengatakan bahwa pencak silat hanyalah seni bela diri kampungan.
“Padahal pencak silat begitu diakui oleh dunia Internasional. Contohnya saja tahun ini pencak silat sudah resmi menjadi ajang olahraga yang diperlombakan dalam Asian Games 2018 dan diikiuti oleh 40 negara. Banyak negara lain bangga dengan pencak silat tapi di kandang, pencak silat justru mulai ditinggalkan,” kata Ajat.
Ajat pun berharap Mudzakarah Pendekar Internasional yang digelar pertama kali ini bisa menghasilkan rekomendasi dan komitmen kuat untuk terus mendorong seni bela diri pencak silat agar berkembang dan mendunia.
“Jati diri pencak silat adalah jati diri seorang pendekar. Pribadi yang kuat akan membentuk negara yang kuat. Ini budaya dan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia. Saya berharap Mudzakarah ini bisa menghasilkan beragam komitmen dan program positif bagi perkembangan pencak silat Indonesia” ujar Ajat.

Salah satu agenda dalam Mudzakarah Pendekar Internasional adalah gelaran Nitis Waris yang merupakan sebuah perhelatan budaya yang mempertemukan para pendekar pencak silat. Dalam perhleatan Nitis waris (ngatitiskeun elmu, ngawariskeun benda) setiap pendekar menampilkan seni beladiri khas padepokannya masing-masing dan mengajarkan (mewariskan) ilmu beladirinya pada padepokan lain. Hal ini dilakukan agar seni beladiri khas dari masing-masing padepokan bisa terus dilestrarikan dan semakin berkembang. (Abi)
Share on facebook
Share on twitter
Share on google
Berita Terkait: