GAIDOFOUNDATION.ORG–Pada gelaran hari ke-2, Bazaar dan Festival Ramadhan 1442 H, telah berlangsung Seminar bertema Eksistensi Seni Budaya untuk Memperkokoh Identitas Kebantenan, dengan menghadirkan Yang’to, S.H, M.H, Ketua Umum Perkumpulan Seni Budaya (PSB) Banten, dan Bara Hudaya, S.E, M.Si, Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten, pada Selasa sore (20/04) di Kawasan Wisata Halal Baduy Outbound.
Di awal kesempatannya, Yang’to memperkenalkan visi PSB organisasi yang dipimpinnya, yaitu tidak lain adalah untuk menjaga dan melestarikan seni dan budaya yang dititipkan oleh para leluhur pendahulu.
“Tujuannya adalah untuk menjaga, melestarikan seni dan budaya. karena mengingat seni dan budaya ini hampir punah, bahkan generasi penerus pun nyaris tidak pernah ada,” paparnya
Lebih lanjut Ia katakan, PSB sedang mendorong regulasi terkait dengan seni dan budaya lewat Perda, diharapakan mampu untuk menunjang segala kegiatan yang akan dilakukan oleh para insan seni di daerah nantinya.
“Ke depan rencana PSB akan mendata semua padepokan atau pencinta seni dan budaya yang berada di Pandeglang khususnya dan Banten pada umumnya,” ujarnya
Seni budaya yang dituntut adalah eksistensinya, tandanya adanya kegiatan yang terus menurus dilakukan.
Menurut Yang’to, ada tiga parameter, seni budaya ini bisa eksis ataukah punah. Pertama, guru yang telah wafat dan tak ada penerusnya. Kedua, punya guru namun tidak punya alat atau media (tempat, alat yang mendukung eksistensinya). Ketiga, tidak punya penggerak. Punya perguruan, namun untuk menghidupi dirinya saja tidak bisa.
Maka penting hari ini, bahkan perlu intervensi untuk memperhatikan pelestarian seni budaya dan kesejahteraan guru-guru kita. Sehingga perlu adanya upaya masih unutk memperbanyak ruang atau panggung bagi sanggar untuk mengekspresikan ke khalayak dan unutk menunjukkan eksistensi mereka.
Kemudian, penting adanya konektivitas anggaran pusat bisa terdistribusi ke semua sanggar seni, yang bisa digunakan untuk perawatan peralatan sanggar, yang perlu kita aturkan dalam kerangka peraturan daerah ke depan.
“Memperkokoh identitas bangsa, bisa diartikan sebagai prilaku masyarakat yang dilakukan terus menerus dan turun temurun serta mempunyai nilai manfaat. Maka saya melihat bahwa seni budaya ini punya kekuatan untuk mempersatukan umat, “ujar Yang’to.
Hal yang juga perlu menjadi konsen, selain menetapkan seni budaya kita patenkan sebagai warisan budaya, namun perlu juga secara de facto seni budaya kita diakui oleh seluruh stakeholder, di antaranya dengan upaya memperbanyak panggung-panggung pentas, memberikan penghargaan bagi penggerak seni budaya, dan beri pengakuan yang pantas untuk mereka.
Bara Hudaya pada kesempatannya menjelaskan kondisi umum terkait eksistensi kebudayaan di Banten.
“Hari ini, ada dua isu yang menjadi fokus pemerintah terkait hal ini adalah pertama, tidak adanya tradisi yang kuat, kontinu dan masif di masyarakat dan kedua, tidak adanya pembinaan kepada sanggar,” ujar Bara.
Lebih lanjut, Bara menambahkan, tahun 2021 ini pemerintah telah mengusulkan sebanyak 24 usulan Warisan Budaya Tak Benda (WBTb), semoga semuanya lolos.
“Tahun lalu alhamdulillah 3 dari 10 usulan kami, setelah tahap verifikasi, penilain dan siding dinyatakan lolos, sehingga 7 yang belum lolos kami usulkan ulang tahun ini.” Pungkas Bara.
Bara kembali menjelaskan, gempuran teknologi tidak dapat kita pungkiri turut menjadi faktor menggerus antusiasme anak-anak kita akan seni budaya di Banten khususnya.
Maka untuk itu, Dindik Banten punya program mulai oktober ini, yaitu kampanye terkait efek ekonomi terhadap keberlangsungan pelaku seni budaya. Konsekuensinya kita perlu memperbanyak ruang publik untuk sanggar menampilkan karya seninya.
Selanjutnya, Bara memberi bocoran, bahwa Dindik Banten akan membuat program yang namanya “Jum’at Ngebanten” sebuah kegiatan rutin bagi sanggar dan padepokan untuk tampil di panggung-panggung yang telah kami sediakan. Ini akan diadakan rutin dan serentak di 8 Kabupaten dan Kota mulai pukul 13.00 – 17.00 WIB.
Adapun untuk pembinaan sanggar, pemerintah akan hadir dengan memberikan stimulus bagi sanggar-sanggar yang telah memiliki ruang publik, jadwal penampilan rutin dan kotinu. Harapannya dengan adanya stimulus ini, akan terlahir regenerasi unggul, seni budaya kita terawat dan terjaga, anak-anak kita nanti bangga dengan seni budaya daerahnya. (AMM)