GAIDOFOUNDATION.ORG- Ir. H. Agus M. Tauchid,M.Si., Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten, melaporkan, saat ini Banten masuk 10 besar provinsi dengan Nilai Tukar Petani terbesar di Indonesia dan yang tertinggi di Pulau Jawa dan Infrasturktur pertanian di Banten khususnya transportasi sudah semakin membaik, aksesnya sudah sampai ke desa-desa.
Hal tersebut Agus sampaikan dalam seminar bertemakan “Kolaborasi Peran Petani Millenial” dalam Rangkaian kegiatan Bazaar dan Festival Ramadhan 1442 H di Kawasan Wisata Halal Baduy Outbound, Serang, Banten pada Kamis (22/04).
Agun juga menyampaikan tentang 4 pilar keberlanjutan bisnis pertanian, pertama, berdaya saing tinggi, jelas orinetasi bisnisnya. Kedua, harus terdesentralisasi, didukung oleh pemerintah daerah. Ketiga, berkerakyatan dan Keempat, berkelanjutan.
“PR kita ke depan masih banyak, namun saya yakin Banten bisa. Kita harus berkolaborasi, ABG Cantik (Academcy, Business, Government, dan Community, Instansi terkait tersebut memiliki peran berbeda yang terkait dan saling melengkapi. “ ujar Agus.
Beberpa faktor pendukung peran pemerintah dalam pengembangan pertanian di antaranya adalah kelembagaan, kesadaran masyarakat, ketersediaan lahan, pengembangan teknologi, dan peran swasta.
Peran pemerintah dalam pembangunan merupakan hal yang mutlak, tidak terlepas juga pengembangan pertanian berkelanjutan melalui edukasi, pembinaan dan pengkaderan petani millenial yang siap pakai, memahami hulur dan hilirnya.
“Kita akan mendorong tentang edukasi terhadap petani, agar petani mandiri dan berdikari. Bagaimana petani bisa melakukan aktivitas bertani yang menguntungkan, tidak terjerat oleh sistem para tengkulak yang mungkin kurang pro-petani.” Tegas Agus.
Narasumber kedua, Dr.Suma Wijaya M.Sc berbicara tentang harapan pada kebijkan pemerintah yang pro-pertanian berkelanjutan.
“Harus ada model sekolah yang jadi rujukan, jika kita berkeinginan melahirkan banyak telenta petani millenial yang paham hulu dan hilir bidang pertanian ini.” Ujar Suma Wijaya.
Faktor penghambat aktivitaspertanian berkelanjutan adalah alih fungsi lahan, keterbatasan kemampuan SDM, pemerataan sarana prasarana, ketersediaan dan pemanfaatan teknologi, dan obat kimia atau pupuk yang tidak ramah lingkungan.
Salah satu peserta, Zulfa Fitria, Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta – Jurusan Agribisnis, turut tentang seminar hari ini.
“Saya adalah cucu dari seorang petani dan kini berkuliah di Jakarta mengambil jurusan pertanian. Saya punya harapan dan semoga juga menjadi harapan pemerintah, yaitu bagaimana Banten mempunyai ketahanan pangan dan kesejahteraan para petani semakin membaik ke depannya.” Ujar mahasiswi asal Baros ini.